UZpWbxXip9lQB4gDgD99q25cJcz6IlNhM1darGVw

Cara pengobatan Pada Penyakit Disentri Dan Spesifikasi Obatnya

Pengobatan Disentri

Cara pengobatan Pada Penyakit Disentri Dan Spesifikasi Obatnya- -Cara pengobatan untuk penyakit didentri memiliki banyak sub menu atau pembagian-pembagiannya, disini asuhan dunia keperawatan akan membahas tuntas mengenai penyakit disentri.

Berikut ini adalah Cara Mengobati Penyakit Disentri Berdasarkan Pembagiannya :

1. Paramomisin

Paramosisin termasuk golongan aminoglikosid yang berasal dari streptomises rimous dan bersifat amubisid secara invitro maupun in vivo. Obat ini bekerja langsung terhadap amuba, tetapi juga bersifat antibakteri terhadap organisme normal maupun pathogen dalam usus.

Efek sampingnya terbatas pada keluhan cerna termasuk diare. Paramomisin sangat toksik terhadap ginjal, salain itu juga menyababkan mual, kejang perut, telinga berdenging, gangguan pendengaran, pusing, dan kulit kering.

Pengalaman denga paramomisin menunjukan pada obat ini cukup efektif untuk pengobatan amubiasis initestinal yang akut maupun kronik, tetapi tidak efektif untuk ambusiasis asimtomatis. bilamana terdapat ulkus di usus yang disertai dengan kegagalan usus, maka penyerangan paramomisin meningkat.

2. Metronidazol

Senyawa nitro imidazol ini memiliki spectrum anti protozoa dan anti bacterial yang lebar. Berkhasiat kuat terhadap bentuk entamoeba, juga terhadap protozoa pathofen anaerob lainya, seperti trichomonas dan giardia. obat ini juga aktif terhadap semua bakteri cocus dan basil anaerob fram positif dan negative, tetapi tidak aktif pada kuman aerob.

a. Mekanisme Kerja :
Mekanisme kerjanya didasarkan pada menghambat sintesis asam nukleat setelah direduksi oleh enzim yang terdapat pada baneri anaerob.
b. Efek Samping :
Memiliki efek samping yang ringan dan berupa gangguan saluran cena, mulut kering, dan rasa logam, pusing atau sakit kepala, kulit kering, dan sewaktu-waktu leucopenia. Air kemih dapat menjadi coklat kemerah-merahan disebabkan oleh warna yang dibentuk.
c. Kontra Indikasi :
Wanita hamil dan Laktasia
d. Dosis :
Pada Amebiasi 3x sehari 750 mg selama 5-10 hari, atau 1x sehari 2,5 mg selama 2-5 hari. Pada anak-anak 30-50 mg/kg BB/hari dalam 3 dosis selama 5-10 hari. Dalam keadaan parah, lazimnya dikombinasikan dengan klorokuin atau tetrasiklin 4x sehari 250-500 mg

3. lodokuinol

Senyawa 8-hidroksiinolin ini selain berkhasiat antibakterria dan fungisit, juga berkhasiat amebisit, khususnya terhadap Entamaeba bentuk minuta, tetapi tidak efektif terhadap bentuk-hati (histolitik).

a. Mekanisme Kerja :
Berdasarkan pelepasan unsure iod dalam usus (kadar iodnya lebuh kurang 40%) digunakan sebagai amebisit-kontak pada amebisis-usus dan pengobatan bagi pembawa kista. Resorbsinya diusus buruk dan bervariasi, rata-rata hanya 10%, yang diekskresikan cepat lewat kemih sebagai konjugat. Sisanya yang tak diserap perlahan-lahan dikeluarkan melalui tinja.
b. Efek Samping
Memiliki efek samping gangguan saluran cerna, sedangkan penggunaan yang lama dalam dosis tinggi (lebih dari 2 gram sehari) dapat mengakibatkan neuropati toksik, yakni yang dikenal dengan SMON (sub Accute Myelooptic Neuropathy)
c. Kontra Indikasi
Tidak boleh diberikan untuk profilaksis atau pengobatan diare non spesifik. Pengobatan dihentikan bila terjadi diare menetap atau adanya tanda reaksi iodium. Bila digunakan pada anak muda, pemeriksaan mata harus dilakukan secara ketat, sebelum dan selama pengobatan.
d. Dosis
3x sehari 250-500 mg selama 7-10 hari

4. Diloksanidia

Sangat efeftif terhadap bentuk minuta dalam usus diperkirakan lebih efektif daripada kliokinol (iodokuinol), tetapi terhadap bentuk jaringan tidak berkhasiat, digunakan pula dalam bentuk ester furoat dengan resorpsi lebih ringan dan lambat dari pada senyawa induknya diloksanida, hingga dapat melakkukan aktivitasnya dalam rongga usus secara lebih intensive. Diloksanidia furoat merupakan obat pilihan utama untuk pengobatan pembawa kista asimtomatik.

a. Mekanisme Kerja :
Obat ini merupakan amubiasid langsung, yang tidak diketahui secara pasti mekanisme kerjanya
b. Efek Samping
Memiliki efek samping ringan antara lain, ganguan saluran cerna, terutama flatulensi dan meteorismus. kram perut, mual, muntah, pruritis, dan kadang-kadang urtikaria
c. Kontra Indikasi
Diloksanid furoat dalam tidak menghasilakan efek samping yang serius kembung sering terjadi, mual dan kejang perut jarang terjadi toksisitas jarang terjadi. Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau pada anak-anak dibawah umut 2 tahun.
d. Dosis
Sebagai amebisida kontak untuk anak-anak diatas 12 tahun: 13x sehari 1 tablet 500mg a.c selama 10 hari. anak-anak dibawah 12 tahun : 20 mg/kg BB sehari dalam 3 tablet

Demikianlah yang dapat disampaikan Asuhan Dunia Keperawatan mengenai Cara pengobatan pada penyakit Disentri dan spesifikasi obatnya, baca juga artikel lainya Gejala Penyakit Disentri
Related Posts

Related Posts